a.
Defenisi
Dermatitis
kontak alergi adalah reaksi hipersensitifitas tipe IV akibat pajanan kulit
dengan bahan-bahan yang bersifat sensitizer (alergen), reaksi imunologi tipe IV
ini merupakan reaksi hipersensitifitas tipe lambat.
b.
Epidemiologi
Bila
dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis
kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat
peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi
dermatitis ini di masyarakat.
c.
Etiologi
Penyebab
dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia
dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia
sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen,
derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.
d.
Patogenesis
Mekanisme
terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti
respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons)
atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed
hypersensitivit), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan
alergen.
Sebelum seorang
pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu mendapatkan
perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena
adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan
terikat dengan protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan
diproses leh makrofag dan sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T.
Setelah kontak dengan yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah
bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini
kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,
sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Fase saat
kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau
fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada
umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu,
sifat sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi.
Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lembah
seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya
kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa
bulanan atau tahunan. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan
alergen yang sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase
elisitasi, umumnya berlangsung antara 24-48 jam. [5]
e.
Gejala Klinis
Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan
kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan
bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel
atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi
(basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi
dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan
dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.
Berbagai
lokalisasi terjadinya dermatitis kontak :
·
Tangan
Kejadian
dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya
pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja
ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan
penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan
pestisida.
·
Lengan
Alergen
umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung
tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila umumnya oleh bahan pengharum.
·
Wajah
Dermatitis
kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, alergen
yang di udara, nekel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau sekitarnya mungkin
disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak
mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, eyeshadows, dan obat
mata.
·
Telinga
Anting
atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada cuping
telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids.
·
Leher
Penyebanya
kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum, alergen di udara,
zat warna pakaian.
·
Badan
Dermatitis
kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet
(elastis, busa), plastik, dan detergen.
·
Genitalia
Penyebabnya
dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen
yang ada di tangan.
·
Paha dan tungkai bawah
Dermatitis
di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku,
kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin,
etilendiamin), semen, dan sepatu.
f.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang
cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti.
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai
didasarkan kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya, ada kelainan kulit berupa
lesi numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan
papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana
atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal
dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah
digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan
alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada
keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan
melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan
tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya
dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan
kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Uji
Tempel
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah
dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan
uji tempel biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan
uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang
utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkat dengan plester.
Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72 jam
dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi reaksi setelah satu
minggu. Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikel atau
bula. Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi kontak atau karena
iritasi, sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh
karena iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decresendo),
sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe cresendo).
g.
Diagnosis Banding
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering
tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis
atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis
banding yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam keadaan ini
pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah
dermatitis tersebut karena kontak alergi.
h.
Pengobatan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan
dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan
alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka
pendek untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang
ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksufatif (madidans),
misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah
beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.
Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan,
atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan
kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal.
i.
Prognosis
Prognosis
dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan
dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau
psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar