Jumat, 26 Juli 2013

dermatitis kontak iritan


DERMATITIS KONTAK IRITAN

a.       Defenisi
Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit non imunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa di dahului proses sensitasi.

b.      Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dariberbagai golongan umur,ras, dan jenis kelamin.
Jumlah penderita DKIdiperkirakan cukup banyak, terutama berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja).

c.       Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis ini adalah bahan yang bersifat iritan misalnya: bahan pelarut, deterjen,  minyak pelumnas, asam, alkali, dan serbuk kayu.
Faktor lain misalnya: lama kontak, kekerapan (terus menerus dan berselang), oklusi yang dapat menyebabkan kulit permeabel, demikian pula gesekan dan taruma fisis.  Suhu dan kelembapan juga ikut bereperan dalam penyebab DKI
Faktor individu misalnya:
1)      perbedaan ketebalan kulit, diberbagai tempat, menyebabkan perbedaan permeabilitas.
2)      usia ( anak di bawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi).
3)      ras ( kulit hitam lebih tahan dari kulit putih).
4)      jenis kelamin ( insiden DKI lebih banyak pada wanita).
5)      penyakit kulit yang pernah atau sedang di alami ( ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun) misalnya dermatitis atopik.
d.      Patogenesis
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel.
Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator- mediator sehingga menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri bila iritan kuat.

e.       Gejala Klinis
Dermatitis kontak iritan memiliki manifestasi klinis yang dapat dibagi dalam beberapa kategori, berdasarkan bahan iritan dan pola paparan. Setidaknya ada 10 tipe klinis dari dermatitis kontak iritan yang telah dijelaskan.
1)             Reaksi iritasi
muncul sebagai reaksi monomorfik akut yang meliputi bersisik, eritema derajat rendah, vesikel, atau erosi and selalu berlokasi di punggung tangan dan jari. Hal ini sering terjadi pada individu yang bekerja di lingkungan yang lembap. Reaksi iritasi ini berakhir atau berkembang menjadi dermatitis iritan kumulatif.
2)             Dermatitis kontak iritan akut
biasanya timbul akibat paparan bahan kimia asam atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia, atau kontak fisik. Sebagian kasus dermatitis kontak iritan akut merupakan akibat kecelakaan kerja. Kelainan kulit yang timbul dapat berupa eritema, edema, vesikel, dapat disertai eksudasi, pembentukan bula dan nekrosis jaringan pada kasus yang berat.
3)             Iritasi Akut Lambat
merupakan reaksi akut tanpa tanda yang terlihat akibat reaksi inflamasi hingga 8 sampai 24 jam. Setelah gejala klinis timbul, maka tampilan klinisnya sama dengan dermatitis kontak iritan akut. 
4)             Dermatitis kontak iritan kronik kumulatif
merupakan jenis dermatitis kontak yang paling sering ditemukan. Jenis ini akibat adanya paparan berulang pada kulit, dimana bahan kimia yang terpapar sering lebih dari satu jenis dan bersifat lemah karena dengan paparan tunggal tidak akan mampu timbulkan dermatitis iritan. Bahan iritan ini biasanya berupa sabun, deterjen, surfaktan, pelarut organik dan minyak. Awalnya, dermatitis kontak kumulatif dapat muncul rasa gatal, nyeri, dan terdapat kulit kering pada beberapa tempat, kemudian eritema, hiperkeratosis, dan fisur dapat timbul. Gejala tidak segera timbul setelah paparan, tetapi muncul setelah beberapa hari, bulan atau bahkan tahun. 
5)             Iritasi subyektif
pasien biasanya mengeluh gatal, pedih, seperti terbakar, atau perih pada hitungan menit setelah kontak dengan bahan iritan, tetapi tanpa terlihat perubahan pada kulit.
6)             Iritasi non-eritematosus
merupakan sebuah keadaan dimana iritasi tidak terlihat, tetapi secara histopatologi terlihat. Gejala yang sering timbul meliputi rasa terbakar, gatal, dan pedih.
7)             Dermatitis gesekan
iritasi mekanik dapat timbul akibat mikrotrauma dan gesekan yang berulang. Tipe ini biasanya menimbulkan kulit kering, hiperkeratotik pada kulit yang terabrasi, dan membuat kulit lebih rentan terhadap terjadinya iritasi.

8)             Reaksi traumatik
dapat timbul setelah trauma akut kulit seperti terbakar atau laserasi dan paling sering timbul pada tangan, serta dapat bertahan 6 minggu atau lebih. Proses pembengkakan pada dermatitis jenis ini memanjang dan eritema, bersisik, papul atau vesikel dapat timbul. [1]
9)             Reaksi pustular atau acneiform
sering tampak setelah terpapar bahan kimia saat bekerja, seperti minyak, tar, logam berat, dan halogen, serta dapat pula setelah penggunaan kosmetik. Lesi berupa pustul yang steril dan sementara dapat timbul beberapa hari setelah kontak.
10)         Exsiccation eczematid
sering ditemukan pada usia tua yang sering mandi tanpa mengoleskan pelembap pada kulit setelah mandi. Gambaran klinis yang menjadi karakteristik adalah gatal, kulit kering, dan ichtyosiform bersisik. Di bawah ini merupakan salah satu contoh gambaran klinis dermatitis kontak iritan.
f.     
  Penatalaksanaan
Menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang memperberat  merupakan upaya pengobatan DKI  yang terpenting. Jika upaya ini dilakukan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI tersebut akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal. Dapat juga digunakan pelembab (moisturizers) untuk mempertahankan kelembaban kulit serta  memperbaiki kulit yang kering.
Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi penderita yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan. Sebagian besar DKI terjadi pada tangan. Sarung tangan (gloves) merupakan APD bagi penderita DKI.

g.      Komplikasi
Pada bagian ini komplikasi yang dipaparkan merupakan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada Dermatitis Kontak Iritan :
·           DKI meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topical. Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Staphylococcus aureus.
·           Neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi terutama pada pekerja yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik. Gejala berupa peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus memeainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenaio pruritus berhubungan dengan adanya penyakit yang mendasari dan salah satunya ialah dermatitis kontak alergi.
·           Hiperpigmentasi atau hipopignemtasi post inflamasi pada area terkena DKI.
·           Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif, ekskoriasi atau artifak.
h.      Prognosis DKI
Bila bahan iritan penyebab dermatitis dapat disingkirkan dengan baik maka prognosisnya akan baik. Jika bahan iritan tidak dapat disingkirkan dengan sempurna maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multifaktor, juga pada penderita atopi.[1]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar