Jumat, 26 Juli 2013

ilmu kesehatan masyarakat-penyakit akibat kerja-


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerjaan dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Ciri pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka kedua hal tersebut juga menjadi ciri pokok dalam kesehatan kerja.
Pertumbuhan jumlah penduduk di seluruh dunia yang demikian cepat telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Sebuah masa yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut selanjutnya membuka keberagaman lapangan kerja.
Meskipun terbukanya lebih banyak lapangan kerja tersebut di satu sisi sangat dibutuhkan, namun di lain pihak perlu disadari adanya permasalahan yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan dampak penyakit akibat kerja.
Dampak kemajuan industrialisasi yang berupa timbulnya penyakit akibat kerja tersebut di atas perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang cukup besar, yaitu selama periode tahun 1980 – 1990 adalah sebesar 35%, dan pada tahun 2000 tercatat sebesar 101 juta. Jumlah pekerja yang cukup besar tersebut apabila tidak mendapat perhatian kesehatan dan keselamatan kerjanya, maka pada gilirannya dapat menyebabkan turunnya produktivitas dan daya saing pekerja. Selain itu dapat menimbulkan beban ekonomi yang sangat besar jika terjadi penyakit terkait kerja.

1.2. Perumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja?
2.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyakit akibat kerja?
3.      Bagaimanakah pengaruh lingkungan kerja terhadap timbulnya penyakit akibat kerja?

1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui :
1.      Pengertian penyakit akibat kerja.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit akibat kerja.
3.      Pengaruh lingkungan kerja terhadap timbulnya penyakit akibat kerja.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1. Penyakit Akibat Kerja
2.1.1.  Pengertian Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Upaya pembangunan kesehatan yang meliputi pencegahan, pemeliharaan, pengobatan dan rehabilitasi juga berlaku terhadap penanggulangan penyakit akibat kerja baik pada pekerja yang formal maupun informal.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan kerja baik faktor resiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang yang sudah diakui (Simposium Internasional penyakit akibat hubungan kerja, ILO dai Linz,Austria).

2.2.Faktor yang menyebakan Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor pada pekerja faktor fisik seperti akibat tekanan panas yang berlebihan, suhu yang tinggi, kelembaban, cahaya dan benturan serta faktor biologis seperti parasit, paparan jamur dan lain sebagainya. Namun dalam pembahasan ini lebih dititik beratkan pada faktor kimia dan penyakit yang disebabkan olehnya.

2.2.1. Faktor Kimia
Faktor kimia, yaitu penggunaan bahan-bahan kimia atau paparan bahan kimia diatas ambang batas seperti natrium, alumunium dan penggunaan bahan-bahan kimia lainnya yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas, uap atau asap dan debu.

2.3.Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang ditimbulkannya
Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya antara penyakit yang sudah jelas penularannya dapat melalui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang atau perlindungan yang belum baik pada para pekerja Rumah Sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung
Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah penegenalan atau identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian dilakukan pengendalian untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya yang dilingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni :
1.      Pengenalan Lingkungan Kerja
Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (“walk through inspection”), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.
2.      Evaluasi lingkungan kerja
Evaluasi lingkungan kerja merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasai permasalahan.
3.      Pengendalian Lingkungan Kerja
Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap bahan/zat yang berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan pekerja.

2.3.1.      Penyakit akibat kerja dengan peyebab Faktor Kimia
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia antara lain :            
a.      Penyakit Paru Kerja Akibat Pajanan Cat Semprot
Cat semprot mengubah substansi menjadi aerosol, yaitu kumpulan partikel halus berupa cair atau padat, sehingga karena ukurannya yang kecil akan mudah terhisap, selanjutnya merupakan pajanan potensial khususnya terhadap kesehatan paru. Penyakit paru akibat kerja yakni:
-           Kanker
Kanker paru dikenal sebagai jenis kanker yang sering dijumpai pada laki-laki di daerah industri di negara berkembang. Pajanan bahan karsinogen di tempat kerja mempunyai efek yang signifikan. TheInternational agency For Research on Cancer (IARC) menentukan bahwa cat dapat menyebabkan kanker terutama kanker paru, di samping kanker esophagus, abdomen dan kandung kencing. Pajanan cat melalui inhalasi dan juga melalui kontak kulit atau oral. Beberapa bahan cat yang dapat kanker paru antara lain timah, chromium, molybdenum, asbestos, arsenic, titanium dan mineral oil (poly aromatic hydrocarbon). Pajanan kronik bahan karsinogen membutuhkan waktu lama untuk menyebabkan kanker, diagnosis dan riwayat pekerjaan memegang peranan yang penting. Lama pajanan akan meningkatkan risiko kanker paru. Droste etal mendapatkan bahwa molybdenum, kromium dan mineral oil sangat berhubungan dengan kanker paru dan kejadian kanker paru akan meningkat setelah pajanan lebih dari 20-30 tahun. Morrel etal mendapatkan 58% kematian yang berhubungan dengan bahan berbahaya lv di sebabkan neoplasma ganas. Kanker paru dan pleura merupakan jenis kanker yang sering dijumpai (57%) sebagai penyebab kematian dan laki-laki (61%) dua kali lebih tinggi dari perempuan (36%). Jenis kanker yang sering dijumpai adalah mesotelioma (14%). Kebiasaan merokok meningkatkan risiko kanker paru 4-14 kali dibanding pekerja yang tidak merokok.
-          Asma Kerja
Terdapat dua kategori asma ditempat kerja yaitu asma kerja (occupational asthma). Asma kerja didefinisikan sebagai keterbatasan aliran udara dan atau hiperesponsivitas bronkus yang disebabkan bahan di lingkungan tempat kerja dan tidak di sebabkan oleh rangsangan di luar lingkungan kerja. Sedangkan asma diperberat di tempat kerja adalah asma yang diperburuk oleh iritan atau rangsang fisik ditempat kerja. Isosianat sering diidentifikasi sebagai penyebab asma kerja pada pekerja cat semprot yang dikenal sebagai isocyanate-induced asthma. Isosianat merupakan bahan utama cat semprot , selain itu dapat juga dijumpai pada varnish, lem dan polyurethrane. Isosianat merupakan bahan kimia reaktif yang dapat mengiritasi saluran nafas dan membran mukosa. Dahulu toluene diisocyanate (TDI) sering digunakan dalam komponen cat semprot kendaraan bermotor, saat ini digantikan oleh 1,6 hexamethylenediisocyanate (OCN(CH2)6NCO(HDI) dan methylene diphenyldiisocyanate (MDI). Hexamethylene diisocyanate (HDI) merupakandiisosianat alifatik; HDI monomer sangat mmenguap, sehingga sebagianbesar HDI dalam bentuk prepolimer. Pajanan isosianat yang tinggi dapat menyebabkan iritasi mata,sensitisasi dan inflamasi kulit serta edema paru. Pada pekerja yang telahtersensitisasi oleh isosianat, pajanan dosis kecil (kurang dari 1 ppb = partsper billion) dapat menyebabkan asma yang dapat tetap di derita bertahuntahunsetelah pajanan dihentikan. Tanda dan gejala yang sering yaitu batukdengan atau tanpa produksi sputum, sesak atau rasa berat di dada, mengi,mengigil, malaise, nyeri otot, dan gejala seperti flu (flulike symptoms) padasaat bekerja. Demam disertai lekositosis dapat juga dijumpai pada asmakerja (5%). Pada beberapa pasien dapat dijumpai gejala yang tidak khasseperti batuk kronik atau bronchitis.

-        Pneumonitis hipersensitivitas
Inhalasi patikel organik atau gas dapat menyebabkan perubahanrespons pulmonary, yang ditandai oleh peningkatan resistensi aliran udaradi saluran nafas sehingga menyebabkan asma. Sebagian kecil reaksi dapatmenyertakan asinus termasuk bronkiolus yang dikenal sebagaipneumonitis hipersensitivitas (extrinsic allergic alveolitis). Pajananterhadap isosianat aerosol dapat mengakibatkan pneumonitishipersensitivitas, walaupun jarang terjadi (1%) 21).Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan restriksi dengan penurunancompliance dan gangguan pertukaran gas. Pada keadaan akut didapatkanpenurunan kapasitas vital paksa; walaupun didapatkan perubahan ventilasiperfusi regional, resistensi saluran nafas masih normal. Tekanankarbondioksida biasanya turun akibat hiperventilasi alveolar. Beberapapenelitian mendapatkan penurunan kapasitas difusi beberapa jam setelahterpajan isosianat.Penurunan fungsi paru pada keadaan akut akan membaik setelahbeberapa hari, gejala dapat menetap beberapa minggu pada keadaanpenurunan fungsi paru dan kapasitas difusi yang berat. Pada keadaansubakut mungkin hanya dijumpai penurunan kapasitas difusi dancompliance paru; pada fase kronik dapat berkembang menjadi fibrosisyang progresif, perubahan saluran nafas obstruktif dan restriktif.

b.      Melesma
Salah satu penyakit yang termasuk penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit seperti Melesma. Melasma atau flek pada wajah biasanya terjadi karena meningkatnya pigmentasi pada bagian yang sering terpapar sinar matahari khusunya pada wajah dan berbentuk berbentuk bercak gelap, tidak beraturan pada kulit. Secara medis melasma merupakan masalah kesehatan dan secara estetika dapat merusak kecantikan wanita.
Kelompok pekerja yang berisiko terhadap terjadinya melasma adalah pada kelompok wanita pekerja penyapu jalan. Hal ini dikarenakan mereka secara rutin terpapar dengan sinar matahari, dan biasanya bekerja mulai jam 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang bahkan sampai sore. Meningat melasma terjadi pada pekerja penyapu jalan, dan bernaung dibawah otorisasi Dinas Kebersihan Daerah, maka dapat dikatakan menjadi masalah kesehatan kerja.
Tabel 1.1. Penyakit akibat kerja penyebab faktor kimia
Nama penyakit
Penyebab
Byssinosis
Pneumoconiosis
Asma Akibat Kerja
Dermatitis kontak
Kelainan saraf perifer


Kelainan Central nervus System (CNS)

Gagal ginjal Akut

Gagal ginjal Kronik

Iskemia dengan menyebabkan jantung koroner
Disrtimia
Trauma mata

Keratokonjuktivikus

Cotton sisal
Silica, Coil, Asbes
Gandum, tembakau, kayu, dll
Mercury, Cobalt, Vynil, epoxi
Organo Arposotate pestiside, urbamate pestisida, methylbutilketone, carbon dysulfide.
Arsenic, Lead, Mercury, Carbon dysulfidhe, Chlorinated Hydrocarbon, pestiside dielarin, carbom monoksida.
Karbon tatraklorit, arsen. Logam berat, pelarut hidrokarbon.
Logam berat (Cadmium, timah hitam, berilium), aradiasi mengion.
Karbon disulfida, karbon monoksida, debu fibrogenik, Arsen nitrat.
Fluocarbon, Chroniated hydrocarbon nitrate.
Geranda, pekerjaan pabrik mobil, petani pekerjaan konstruksi.
Sinar las, ekspos zat kimia.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar