BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kesehatan kerja adalah aplikasi
kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan
sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat
pekerjaan dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Ciri pokoknya adalah
upaya preventif
(pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka kedua hal
tersebut juga menjadi ciri pokok dalam kesehatan kerja.
Pertumbuhan jumlah penduduk di seluruh
dunia yang demikian cepat telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Sebuah
masa yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan
tersebut selanjutnya membuka keberagaman lapangan kerja.
Meskipun terbukanya lebih banyak
lapangan kerja tersebut di satu sisi sangat dibutuhkan, namun di lain pihak
perlu disadari adanya permasalahan yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan
dengan dampak penyakit akibat kerja.
Dampak kemajuan industrialisasi yang
berupa timbulnya penyakit akibat kerja tersebut di atas perlu mendapat
perhatian yang serius. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang
cukup besar, yaitu selama periode tahun 1980 – 1990 adalah sebesar 35%, dan
pada tahun 2000 tercatat sebesar 101 juta. Jumlah pekerja yang cukup besar
tersebut apabila tidak mendapat perhatian kesehatan dan keselamatan kerjanya,
maka pada gilirannya dapat menyebabkan turunnya produktivitas dan daya saing
pekerja. Selain itu dapat menimbulkan beban ekonomi yang sangat besar jika terjadi
penyakit terkait kerja.
1.2. Perumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja?
2.
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyakit akibat kerja?
3.
Bagaimanakah pengaruh lingkungan kerja terhadap timbulnya penyakit akibat kerja?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan ini adalah untuk mengetahui :
1.
Pengertian penyakit akibat kerja.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit akibat kerja.
3.
Pengaruh lingkungan kerja terhadap timbulnya penyakit akibat kerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
2.1.
Penyakit Akibat Kerja
2.1.1. Pengertian
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
akibat kerja merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Upaya
pembangunan kesehatan yang meliputi pencegahan, pemeliharaan, pengobatan dan
rehabilitasi juga berlaku terhadap penanggulangan penyakit akibat kerja baik
pada pekerja yang formal maupun informal.
Penyakit
akibat kerja adalah penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan kerja
baik faktor resiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang
dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi.
Penyakit
akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang yang sudah diakui (Simposium Internasional penyakit akibat
hubungan kerja, ILO dai Linz,Austria).
2.2.Faktor
yang menyebakan Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor pada pekerja faktor fisik seperti
akibat tekanan panas yang berlebihan, suhu yang tinggi, kelembaban, cahaya dan
benturan serta faktor biologis seperti parasit, paparan jamur dan lain
sebagainya. Namun dalam pembahasan ini lebih dititik beratkan pada faktor kimia
dan penyakit yang disebabkan olehnya.
2.2.1.
Faktor Kimia
Faktor
kimia, yaitu penggunaan bahan-bahan kimia atau paparan bahan kimia diatas
ambang batas seperti natrium, alumunium dan penggunaan bahan-bahan kimia
lainnya yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas, uap atau asap dan
debu.
2.3.Lingkungan
Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang ditimbulkannya
Dewasa
ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana
bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya
antara penyakit yang sudah jelas penularannya dapat melalui darah dan pemakaian
jarum suntik yang berulang-ulang atau perlindungan yang belum baik pada para
pekerja Rumah Sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung
Untuk
mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah
penegenalan atau identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian
dilakukan pengendalian untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya
yang dilingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni :
1. Pengenalan
Lingkungan Kerja
Pengenalan lingkungan
kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (“walk through
inspection”), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama-tama dilakukan dalam
upaya kesehatan kerja.
2. Evaluasi
lingkungan kerja
Evaluasi lingkungan
kerja merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi
bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam
mengatasai permasalahan.
3. Pengendalian
Lingkungan Kerja
Dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap bahan/zat yang berbahaya di
lingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak
dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek
kesehatan yang merugikan dikalangan pekerja.
2.3.1. Penyakit
akibat kerja dengan peyebab Faktor Kimia
Beberapa
penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia antara lain :
a. Penyakit
Paru Kerja Akibat Pajanan Cat Semprot
Cat
semprot mengubah substansi menjadi aerosol, yaitu kumpulan partikel halus
berupa cair atau padat, sehingga karena ukurannya yang kecil akan mudah
terhisap, selanjutnya merupakan pajanan potensial khususnya terhadap kesehatan
paru. Penyakit paru akibat kerja yakni:
-
Kanker
Kanker
paru dikenal sebagai jenis kanker yang sering dijumpai pada laki-laki di daerah
industri di negara berkembang. Pajanan bahan karsinogen di tempat kerja
mempunyai efek yang signifikan. TheInternational agency For Research on
Cancer (IARC) menentukan bahwa cat dapat menyebabkan kanker terutama kanker
paru, di samping kanker esophagus, abdomen dan kandung kencing. Pajanan cat
melalui inhalasi dan juga melalui kontak kulit atau oral. Beberapa bahan cat
yang dapat kanker paru antara lain timah, chromium, molybdenum, asbestos,
arsenic, titanium dan mineral oil (poly aromatic hydrocarbon). Pajanan kronik
bahan karsinogen membutuhkan waktu lama untuk menyebabkan kanker, diagnosis dan
riwayat pekerjaan memegang peranan yang penting. Lama pajanan akan meningkatkan
risiko kanker paru. Droste etal mendapatkan bahwa molybdenum, kromium
dan mineral oil sangat berhubungan dengan kanker paru dan kejadian kanker paru
akan meningkat setelah pajanan lebih dari 20-30 tahun. Morrel etal
mendapatkan 58% kematian yang berhubungan dengan bahan berbahaya lv di sebabkan
neoplasma ganas. Kanker paru dan pleura merupakan jenis kanker yang sering dijumpai
(57%) sebagai penyebab kematian dan laki-laki (61%) dua kali lebih tinggi dari
perempuan (36%). Jenis kanker yang sering dijumpai adalah mesotelioma
(14%). Kebiasaan merokok meningkatkan risiko kanker paru 4-14 kali dibanding
pekerja yang tidak merokok.
-
Asma Kerja
Terdapat
dua kategori asma ditempat kerja yaitu asma kerja (occupational asthma).
Asma kerja didefinisikan sebagai keterbatasan aliran udara dan atau
hiperesponsivitas bronkus yang disebabkan bahan di lingkungan tempat kerja dan
tidak di sebabkan oleh rangsangan di luar lingkungan kerja. Sedangkan asma
diperberat di tempat kerja adalah asma yang diperburuk oleh iritan atau
rangsang fisik ditempat kerja. Isosianat sering diidentifikasi sebagai penyebab
asma kerja pada pekerja cat semprot yang dikenal sebagai isocyanate-induced
asthma. Isosianat merupakan bahan utama cat semprot , selain itu dapat juga
dijumpai pada varnish, lem dan polyurethrane. Isosianat merupakan bahan kimia
reaktif yang dapat mengiritasi saluran nafas dan membran mukosa. Dahulu toluene
diisocyanate (TDI) sering digunakan dalam komponen cat semprot kendaraan
bermotor, saat ini digantikan oleh 1,6 hexamethylenediisocyanate (OCN(CH2)6NCO(HDI)
dan methylene diphenyldiisocyanate (MDI). Hexamethylene diisocyanate (HDI)
merupakandiisosianat alifatik; HDI monomer sangat mmenguap, sehingga sebagianbesar
HDI dalam bentuk prepolimer. Pajanan isosianat yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi mata,sensitisasi dan inflamasi kulit serta edema paru. Pada pekerja
yang telahtersensitisasi oleh isosianat, pajanan dosis kecil (kurang dari 1 ppb
= partsper billion) dapat menyebabkan asma yang dapat tetap di derita
bertahuntahunsetelah pajanan dihentikan. Tanda dan gejala yang sering yaitu
batukdengan atau tanpa produksi sputum, sesak atau rasa berat di dada,
mengi,mengigil, malaise, nyeri otot, dan gejala seperti flu (flulike
symptoms) padasaat bekerja. Demam disertai lekositosis dapat juga dijumpai pada
asmakerja (5%). Pada beberapa pasien dapat dijumpai gejala yang tidak khasseperti
batuk kronik atau bronchitis.
-
Pneumonitis
hipersensitivitas
Inhalasi
patikel organik atau gas dapat menyebabkan perubahanrespons pulmonary, yang
ditandai oleh peningkatan resistensi aliran udaradi saluran nafas sehingga
menyebabkan asma. Sebagian kecil reaksi dapatmenyertakan asinus termasuk
bronkiolus yang dikenal sebagaipneumonitis hipersensitivitas (extrinsic
allergic alveolitis). Pajananterhadap isosianat aerosol dapat mengakibatkan
pneumonitishipersensitivitas, walaupun jarang terjadi (1%) 21).Pemeriksaan
fungsi paru menunjukkan restriksi dengan penurunancompliance dan
gangguan pertukaran gas. Pada keadaan akut didapatkanpenurunan kapasitas vital
paksa; walaupun didapatkan perubahan ventilasiperfusi regional, resistensi
saluran nafas masih normal. Tekanankarbondioksida biasanya turun akibat
hiperventilasi alveolar. Beberapapenelitian mendapatkan penurunan kapasitas
difusi beberapa jam setelahterpajan isosianat.Penurunan fungsi paru pada
keadaan akut akan membaik setelahbeberapa hari, gejala dapat menetap beberapa
minggu pada keadaanpenurunan fungsi paru dan kapasitas difusi yang berat. Pada
keadaansubakut mungkin hanya dijumpai penurunan kapasitas difusi dancompliance
paru; pada fase kronik dapat berkembang menjadi fibrosisyang progresif,
perubahan saluran nafas obstruktif dan restriktif.
b. Melesma
Salah
satu penyakit yang termasuk penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit seperti
Melesma. Melasma atau flek pada wajah biasanya terjadi karena meningkatnya
pigmentasi pada bagian yang sering terpapar sinar matahari khusunya pada wajah
dan berbentuk berbentuk bercak gelap, tidak beraturan pada kulit. Secara medis
melasma merupakan masalah kesehatan dan secara estetika dapat merusak
kecantikan wanita.
Kelompok
pekerja yang berisiko terhadap terjadinya melasma adalah pada kelompok wanita
pekerja penyapu jalan. Hal ini dikarenakan mereka secara rutin terpapar dengan
sinar matahari, dan biasanya bekerja mulai jam 07.00 pagi sampai jam 12.00
siang bahkan sampai sore. Meningat melasma terjadi pada pekerja penyapu jalan,
dan bernaung dibawah otorisasi Dinas Kebersihan Daerah, maka dapat dikatakan
menjadi masalah kesehatan kerja.
Tabel 1.1. Penyakit
akibat kerja penyebab faktor kimia
Nama
penyakit
|
Penyebab
|
Byssinosis
Pneumoconiosis
Asma
Akibat Kerja
Dermatitis
kontak
Kelainan
saraf perifer
Kelainan
Central nervus System (CNS)
Gagal
ginjal Akut
Gagal
ginjal Kronik
Iskemia
dengan menyebabkan jantung koroner
Disrtimia
Trauma
mata
Keratokonjuktivikus
|
Cotton
sisal
Silica,
Coil, Asbes
Gandum,
tembakau, kayu, dll
Mercury,
Cobalt, Vynil, epoxi
Organo
Arposotate pestiside, urbamate pestisida, methylbutilketone, carbon
dysulfide.
Arsenic,
Lead, Mercury, Carbon dysulfidhe, Chlorinated Hydrocarbon, pestiside
dielarin, carbom monoksida.
Karbon
tatraklorit, arsen. Logam berat, pelarut hidrokarbon.
Logam
berat (Cadmium, timah hitam, berilium), aradiasi mengion.
Karbon
disulfida, karbon monoksida, debu fibrogenik, Arsen nitrat.
Fluocarbon,
Chroniated hydrocarbon nitrate.
Geranda,
pekerjaan pabrik mobil, petani pekerjaan konstruksi.
Sinar
las, ekspos zat kimia.
|
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar